Shalom,
Mengantisipasi liburan lebaran ini Bpk. Presiden Joko Widodo memerintahkan para menterinya untuk menyiapkan sarana dan prasarana agar rakyat dapat mudik dengan aman dan lancar. Jika Bapak Presiden Jokowi menjadi bapak yang peduli pada rakyatnya, terlebih lagi Bapa Surgawi kita menginginkan anak-anak-Nya dapat “mudik” ke Surga dengan selamat. Sarana apa yang disiapkan oleh-Nya? Ia mengutus Anak-Nya yang tunggal itulah Yesus Kristus (Ibr. 1:2) ke dunia dan Yesus sendiri mengatakan bahwa Ia adalah jalan, kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun dapat datang kepada Bapa kalau tidak melalui-Nya (Yoh. 14:6). Ia bahkan “mudik” ke Surga untuk menyediakan tempat bagi kita dan akan datang kembali membawa kita ke tempat di mana Dia sekarang berada (ay. 3).
Sebelum kembali ke rumah Bapa-Nya, apa yang dialami Yesus di dunia menjelang penderitaan-Nya hingga mati disalib? Ditemani oleh murid-murid-Nya, Yesus pergi ke Bukit Zaitun sebagaimana biasanya. Apa yang dilakukan- Nya di sana dan apa pesan-Nya kepada mereka? “….Setelah tiba di tempat itu Ia berkata kepada mereka: "Berdoalah supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan." Kemudian Ia menjauhkan diri dari mereka kira- kira sepelempar batu jaraknya lalu Ia berlutut dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku melainkan kehendak-Mulah yang terjadi. ….Lalu Ia bangkit dari doa-Nya dan kembali kepada murid-murid-Nya tetapi Ia mendapati mereka sedang tidur karena dukacita. Kata-Nya kepada mereka: "Mengapa kamu tidur? Bangunlah dan berdoalah supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan." (Luk. 22:39-46)
Di Taman Getsemani Yesus mengingatkan murid-murid-Nya hingga dua kali agar: (1) berdoa supaya (2) jangan jatuh ke dalam pencobaan. Injil Matius 26:41 dan Markus 14:38 menuliskan, “Berjaga-jagalah dan berdoalah supaya kamu jangan jatuh dalam pencobaan. Roh memang penurut tetapi daging lemah.”
“Berjaga-jagalah dan berdoalah” menyiratkan doa yang dilakukan terus menerus. Dengan kata lain, doa tidak sebatas cadangan yang hanya digunakan saat diperlukan (misal: ban serep/cadangan) tetapi doa dilakukan terus menerus menjadi napas hidup kita. Sadarkah kita kalau kita dapat bernapas, ini adalah anugerah Tuhan semata? Kita menghirup udara gratis namun tahukah betapa berharganya oksigen ketika seorang terpapar COVID? Jelas sekarang kalau seseorang tidak suka berdoa ini sama dengan mati (rohani) walau tubuhnya masih hidup.
Kita mempelajari lebih jauh nasihat Yesus kepada para murid-Nya (juga kita) yang menekankan tentang:
- Doa
Apa itu doa? Di dalam agama-agama monoteistik seperti Islam, Yudaisme dan Kristen, doa adalah inti dari ajaran orang percaya. Ciri-ciri orang percaya adalah berdoa. Contoh: umat Muslim diperintahkan berdoa lima kali sehari; orang Yahudi tiga kali sehari; orang Kristen melakukan doa pribadi di rumah dan doa bersama di gereja; agama Budha dan Hindu serta kepercayaan lain memiliki cara doa sendiri-sendiri. Bahkan orang-orang yang tidak percaya Allah pun kadang-kadang berdoa. Apakah ini berarti semua orang berdoa?
Bagaimana dengan Yesus? Ternyata doa sudah menjadi kebiasaan-Nya, contoh: saat dibaptis Ia berdoa (Luk 3:21); Ia mengundurkan diri ke tempat-tempat sunyi untuk berdoa (Luk.5:16); sebelum memilih 12 murid, Ia berdoa semalam-malaman kepada Allah (Luk. 6:12); waktu dipermuliakan di atas gunung, Ia berdoa (Luk. 9:28-36); Ia mempunyai kebiasaan ke bukit Zaitun untuk berdoa (Luk. 22:39,41) dst.
Introspeksi: apakah kita rutin berdoa setiap hari? Berdoa di sini bukan sekadar doa bangun tidur, doa mau makan atau doa mau pergi tetapi doa pribadi kepada Bapa.
Kalau begitu apa itu doa? Doa adalah percakapan kita dengan Allah. Berbicara tentang “percakapan” berarti komunikasi yang dilakukan oleh dua arah bukan sekadar meminta/memohon sesuatu yang hanya bersifat satu arah. Misal: Dalam Ibadah Doa, kita mendengar Allah berbicara kepada kita melalui Firman-Nya. Jadi apa yang kita doakan seyogianya sesuai dengan Alkitab.
Suatu kali Yesus sedang berdoa dan ketika berhenti berdoa, salah satu murid-Nya meminta Dia mengajari mereka berdoa (Luk. 11:2-4). Kemudian Ia mengajari mereka doa “Bapa Kami” – doa seorang anak kepada bapanya. Ini menunjukkan hubungan bapa-anak yang sangat dekat; bukan bapa yang jauh, tidak terjangkau dan menakutkan seperti dialami oleh bangsa Israel yang ketakutan sehingga meminta Musa yang berbicara dengan Allah (Kel. 20:18-19). Biarlah dalam kehidupan sehari-hari, kita memiliki relasi erat dengan Allah yang adalah Bapa kita. Ilustrasi: walau berjauhan karena si anak studi di luar negeri, dengan canggihnya teknologi relasi orang tua-anak tetap terjalin erat karena mereka intens komunikasi tiap hari via WA, video call, zoom dll.
Bagaimana respons murid-murid (juga kita) berkaitan dengan doa?
- Tidak berdoa tetapi malah ketiduran. Ternyata ini bukan pertama kalinya para murid ketiduran. Ketika Yesus dipermuliakan di atas gunung, tiga murid yang sama (Yakobus, Yohanes, Petrus) tertidur pula (Luk. 9:28,32).
Mengapa mereka tertidur? Mereka menganggap Yesus adalah Mesias yang akan memulihkan kerajaan Israel yang saat itu sedang dijajah oleh orang Romawi.
Namun apa reaksi mereka ketika Yesus menyatakan tentang salib? Yesus beberapa kali memberitahu mereka tentang penderitaan yang akan dialami-Nya. Pada pemberitahuan pertama, Petrus menolak Yesus menderita (Mat. 16:21-23). Pada pemberitahuan kedua, murid-murid bertengkar siapa yang terbesar di antara mereka (Luk. 9:46-48). Pada pemberitahuan ketiga, mereka bertengkar karena memperebutkan tempat di sebelah kiri dan sebelah kanan Yesus di dalam Kerajaan-Nya (Mat. 20:18,23-24).
Pemberitahuan penderitaan Yesus ini membuat mereka tenggelam dalam kesedihan hingga mereka tidak dapat berdoa dan kelelahan lalu tertidur. Saat itu jumlah mereka sebelas orang, Yudas Isakriot tidak ikut dalam rombongan sebab dia memilih jalannya sendiri.
- Tidak percaya ketika doanya dikabulkan. Zakharia sedang melakukan tugas keimaman di hadapan Tuhan ketika seorang malaikat memberitahu bahwa doa Zakharia dan Elizabeth dikabulkan. Apa reaksinya? Dia tidak percaya menyebabkan dia dihukum menjadi bisu sampai anaknya, Yohanes, lahir (Luk. 1:13,18-20).
Jujur, terkadang kita merasa Tuhan tidak menjawab doa kita karena telah lama menunggu yang akhirnya membuat kita menjadi tidak percaya ketika dijawab doanya.
- Jangan jatuh ke dalam pencobaan.
Yesus memberitahu Simon (Petrus) bahwa Iblis hendak menampi dia tetapi Ia telah berdoa untuknya supaya imannya tidak gugur (Luk. 22:31-32). Yesus mengingatkan Simon untuk berdoa agar imannya tidak gugur. “Gugur” berarti: runtuh, jatuh sebelum masak (buah-buahan), lahir sebelum waktunya (bayi). Sesuatu yang gugur tidak dapat kembali ke posisi semula. Itu sebabnya Yesus menegaskan hingga dua kali supaya murid- murid (juga kita) berdoa supaya tidak jatuh dalam pencobaan yang menyebabkan imannya gugur dan binasa dalam pencobaan.
Pencobaan macam apa yang sering menggugurkan iman kita? Ilustrasi: angin topan, angin tornado dan angin bohorok berkompetisi mau menjatuhkan monyet yang asyik duduk di batang pohon menikmati pemandangan indah. Mereka saling mengklaim siapa paling cepat menjatuhkan si monyet. Angin topan mengatakan dia hanya butuh 45 detik untuk menjatuhkan si monyet. Si angin tornado mengklaim butuh 30 detik sementara angin bahorok tidak mau kalah dan mengatakan hanya butuh 15 detik maka si monyet pasti jatuh. Mulailah satu persatu meniup si monyet untuk membuktikan perkataan mereka masing-masing. Ternyata tidak ada satupun dapat menjatuhkan si monyet sebab si monyet makin berpegang erat-erat takut jatuh karena terpaan angin yang kencang. Tiba-tiba angin sepoi lewat dan mengatakan bahwa dia dapat menjatuhkan si monyet itu. Tiga angin tadi tertawa merendahkan dia dan menyatakan, “Kita yang kuat aja tidak mampu menjatuhkan si monyet apalagi kamu angin sepoi-sepoi biasa.” Angin sepoi-sepoi tidak menjawab tetapi langsung meniup si monyet dengan lembutnya membuat si monyet ngantuk dan tanpa sadar melepaskan genggamannya lalu terjatuh.
Apa pesan dari ilustrasi ini? Ketika diuji dengan penderitaan, kesusahan dan malapetaka, kita menjadi kuat dengan berdoa penuh semangat, tidak putus-putus bahkan diiringi puasa untuk memperoleh kemenangan. Sebaliknya, ketika diuji dengan kenikmatan, kesenangan, kelimpahan kekayaan dan kekuasaan, di sinilah kita sering mengalami kejatuhan. Itu sebabnya Agur bin Yake mengingatkan agar kita dijauhkan dari kecurangan dan kebohongan, tidak diberi kemiskinan supaya tidak mencuri atau kekayaan supaya tidak menyangkal Tuhan (Ams. 30:7-9).
Apa yang dimaksud dengan “pencobaan”? Alkitab menuliskan dua pencobaan, yakni: pencobaan (bentuk tunggal) dan pencobaan-pencobaan (bentuk jamak). Apa bedanya?
Pencobaan-pencobaan (jamak) biasa ditemui dalam kehidupan sehari-hari (1 Kor. 10:13) dan Yesus pun mengalaminya (Luk. 22:28). Namun kita harus mewaspadai pencobaan (bentuk tunggal), apa itu? Pencobaan yang dilontarkan Iblis kepada Yesus dengan tujuan menghancurkan rohani-Nya (Luk. 4). Pencobaan yang sama ditujukan kepada kita untuk menjerat kita agar tidak kuat bertahan. Ini juga dialami oleh Yudas Iskariot. Saat di Taman Getsemani, dia tidak ada bersama mereka karena dia mempunyai rencana lain. Banyak orang menafsirkan Yesus salah memilih dia. Bagaimana dengan Adam dan Hawa yang diciptakan Allah menurut gambar-Nya? Mereka diciptakan dalam keadaan tidak berdosa tetapi begitu melanggar perintah Allah dengan makan buah pengetahuan baik dan jahat, mereka berdosa dan diusir keluar dari Taman Eden.
Di Taman Getsemani, Yesus dalam keadaan manusia (tidak berdosa) diberi kebebasan oleh Allah untuk memilih atau menolak cawan murka dosa seluruh dunia ini. Apa yang dilakukan-Nya? Ia berdoa sungguh-sungguh sampai keringat-Nya seperti titik-titik darah berjuang demi manusia berdosa, termasuk semua murid-Nya, dan rela merendahkan diri-Nya untuk taat kepada kehendak Bapa.
Tahukah dalam doa “Bapa Kami” Yesus mengajarkan kita untuk “Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di Surga”? (Mat. 6:10) Waspada, pencobaan itu bagaikan jerat dan Iblis seperti singa yang mengaum-ngaum mengelilingi kita untuk mencari kelemahan-kelemahan kita.
Bagaimana Yudas Iskariot masuk dalam jerat Iblis dan tidak dapat terlepas darinya? Dari awal dia berharap Yesus akan menjadi raja orang Israel tetapi dengan tegas Yesus menolaknya (Yoh. 6:15) dan menyiratkan maksud tujuan-Nya datang ke dunia yaitu sebagai roti hidup yang turun dari Surga. Roti itu ialah daging-Nya untuk dimakan dan darah-Nya untuk diminum supaya kita mempunyai hidup kekal (ay. 48-56). Mendengar perkataan Yesus ini, banyak murid mengundurkan diri (ay. 66) termasuk Yudas Iskariot walau secara fisik dia masih mengikut Gurunya namun hatinya kecewa sebab pikirannya masih tertuju pada perkara-perkara duniawi. Dia masih mempunyai kepentingan diri sendiri dan menjadi pencuri dengan mengambil uang kas yang dipegangnya (Yoh. 12:6) bahkan akhirnya tega menjual Gurunya seharga 30 keping perak (Mat. 26:15). Yudas Iskariot terperangkap dalam jerat Iblis dan tidak dapat keluar sebab dia tidak berjaga-jaga dan tidak berdoa.
Introspeksi: apa tujuan kita beribadah dan untuk apa kita berdoa? Jangan kita memulainya dengan baik tetapi pada akhirnya murtad sebab tidak mungkin diperbarui lagi (Ibr. 6:4-8)!
Marilah kita berjaga-jaga dan berdoa agar tidak jatuh ke dalam pencobaan yang diluncurkan oleh Iblis untuk menjebak kita. Juga berpeganglah teguh pada Injil keselamatan, jangan terikat dengan uang yang menjadi akar segala kejahatan (1 Tim. 6:9-10) serta tetap beriman hingga Tuhan datang kembali. Amin.