Bangsa kafir beroleh kasih karunia keselamatan

Pdt. Paulus Budiono, Minggu, Johor, 4 Februari , 2018

Shalom,

Dapatkah kita memuji Tuhan di mana pun (di dalam maupun di luar gereja) dan dalam kondisi bagaimana pun (diberkati juga saat menghadapi tantangan-tantangan hidup)? Sesungguhnya memuji Tuhan itu sangat indah karena kita yakin Allah menyediakan berkat bagi anak-anak-Nya sehingga kita tidak mudah tergoda oleh pelbagai keinginan yang membuat kita menjadi stres dan frustasi.

Mengapa kita patut memuji Tuhan? Efesus 1:3 menuliskan, “Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga.”

Perlu diketahui Surat Efesus ditulis oleh Rasul Paulus saat dia dipenjara dan surat ini ditujukan kepada bangsa-bangsa lain (kafir). Aneh, dia dipenjara bukan karena melanggar hukum atau melakukan kejahatan tetapi karena memberitakan Allah Yang Esa. Dia menjelaskan bahwa Yesus Kristus adalah Kepala dan jemaat adalah Tubuh-Nya (Ef. 1:22-23) dan menghendaki jemaat Efesus bertumbuh dewasa di dalam Kristus yang mana tidak satu pun merasa lebih rohani dari lainnya. Semua tumbuh bersama sehingga dapat memuji Tuhan dengan satu suara. Ilustrasi: dua tangan dan dua kaki kita tumbuh “dewasa” bersamaan secara proporsional sehingga tidak ada yang panjang sebelah.

 

Bagaimana respons bangsa kafir terhadap khotbah Rasul Paulus? Kisah Para Rasul 13:44-48 menuliskan, “Pada hari Sabat berikutnya datanglah hampir seluruh kota itu berkumpul untuk mendengar firman Allah. Akan tetapi ketika orang Yahudi melihat orang banyak itu penuhlah mereka dengan iri hati dan sambil menghujat, mereka membantah apa yang dikatakan oleh Paulus. Tetapi dengan berani Paulus dan Barnabas berkata: "Memang kepa-da kamulah firman Allah harus diberitakan lebih dahulu tetapi kamu menolaknya dan menganggap dirimu tidak layak untuk beroleh hidup yang kekal. Karena itu kami berpaling kepada bangsa-bangsa lain. Sebab inilah yang diperintahkan kepada kami: Aku telah menentukan engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah supaya engkau membawa keselamatan sampai ke ujung bumi." Mendengar itu bergembiralah semua orang yang tidak mengenal Allah dan mereka memuliakan firman Tuhan; dan semua orang yang ditentukan Allah untuk hidup yang kekal menjadi percaya.”

Sebenarnya Firman Tuhan lebih dahulu diberitakan kepada orang-orang Yahudi tetapi mereka menolaknya. Namun melihat bangsa kafir percaya kepada Firman Tuhan yang disampaikan, orang-orang Yahudi menjadi iri hati, marah, dan menghujat; sebaliknya, bangsa kafir bersuka-cita. Demikian pula seluruh Kitab Suci ditulis untuk bangsa Israel tetapi bangsa kafir beroleh kemurahan dapat mendengarkan dan membaca Firman Tuhan. Untuk itu manfaatkan membaca Firman dengan penuh sukacita karena di dalamnya ada keselamatan.

Tak dapat dipungkiri setiap pemberita Firman Tuhan memiliki gaya dan cara sendiri yang berbeda-beda tetapi yang terutama adalah isi berita yang disampaikan haruslah satu yakni kebenaran Firman Tuhan bukan filosofi manusia. Masalahnya, bagaimana jemaat tahu khotbah yang disampaikan sesuai dengan Alkitab jika mereka tidak pernah membaca Alkitab? Bukti orang yang menerima Firman Tuhan dengan iman ialah dia tidak dapat menutup mulut tetapi akan menyaksikannya kepada orang-orang di sekeliling mereka (ay. 49).

Bagaimana Paulus, orang Yahudi, dapat mengasihi bangsa kafir? Karena kehidupan dia telah diubahkan total setelah bertemu Tuhan. Terbukti Firman Tuhan memiliki kuasa yang mengu-bahkan; itu sebabnya sebarkan Firman Tuhan di mana pun kita berada sebab masih banyak orang belum mengenal Tuhan dan keselamatan mereka belum/tidak terjamin.

Apakah dalam pengabaran Injil, Rasul Paulus tidak mengalami hambatan dan semua berjalan mulus?

  • Terjadi gejolak sukuisme karena orang Yahudi tidak berkomunikasi dengan orang kafir tetapi hati Paulus tetap tenang. Orang-orang Yahudi menolak pemberitaannya namun

Karena orang Yahudi menolak Firman, Paulus diutus memberitakan kepada bangsa kafir (Kis. 22:21). Ini membuktikan Firman Tuhan tidak pernah kembali dengan sia-sia (Yes. 55:11), bila ‘orang Kristen’ tidak percaya dan menolaknya, orang yang belum/tidak mengenal Tuhan siap menerimanya dengan hati terbuka. Kenyataannya, banyak anak muda di negara Kristen meninggalkan Yesus (bukan agama Kristen) dan kehilangan kehidupan kekal. Hendaknya berita salib Kristus dan keselamatan serta berita menyatukan selalu didengungkan, bukan memberitakan kemakmuran dan janji-janji jasmani apalagi berita memojokkan orang lain yang berakibat perpecahan.

  • Terjadi ancaman, pengusiran bahkan penganiayaan seakan-akan dia tidak layak hidup karena berita Injil Kristus tersalib (Kis. 19).

Sebagai pengikut Kristus, kita harus siap menghadapi ketidaknyamanan dalam memberita-kan Injil seperti telah dialami oleh Paulus sehingga kita tetap dapat memuji Allah meski dalam penderitaan.

Yesus pada hari terakhir pelayanan-Nya sebelum ditangkap secara khusus membasuh kaki para murid-Nya yang kotor (Yoh. 13:5) bukan untuk pencitraan atau seremonial seperti dilakukan oleh banyak gereja yang ikut-ikutan secara fisik mengadakan upacara penyucian kaki beberapa orang (yang kakinya sudah bersih). Yesus sendiri mengatakan barang siapa telah mandi tidak usah membasuh diri lagi karena ia sudah bersih seluruhnya (Yoh. 13:10). Untuk apa Yesus mencuci kaki mereka? Sebagai contoh kerendahan hati, Ia adalah Tuan tetapi rela menjadi Hamba.

Pola pikir kita harus diubah dimulai dari cara membaca Alkitab untuk tidak sekadar menge-tahui kisah-kisah bagus maupun yang mengharukan di dalamnya tetapi menyadari bahwa tulisan demi tulisan yang tercantum di Alkitab ditandai dengan darah pengurbanan. Itu sebabnya Rasul Paulus meskipun dalam keadaan babak belur di penjara masih dapat memuji Tuhan dan memohon doa agar dapat memberitakan Injil kepada bangsa kafir begitu dia dibebaskan. Dia dipakai Tuhan untuk pelayanan ke luar, menjadikan semua bangsa murid-Nya. Pemuridan terjadi tidak hanya di dalam tetapi juga di luar.

Bila kita perhatikan lebih cermat, surat Efesus terbagi menjadi dua bagian:

v Efesus 1 – 3 menuliskan peristiwa panggilan orang kafir – orang-orang Efesus (juga kita) – menjadi orang-orang kudus yang percaya dalam Kristus Yesus dan dianugerahi kasih karunia serta damai sejahtera untuk dapat memuji Dia → Pelataran Tabernakel

v Efesus 4 – 6 merupakan follow-up, perjalanan apa yang harus dilakukan setelah orang Efesus (juga kita) diselamatkan → Kemah Suci (Mishkan) yang terdiri dari Tempat Kudus dan Tempat Mahakudus

Seperti diketahui, Tabernakel Musa terdiri dari dua daerah yaitu (1) Pelataran Tabernakel dan (2) Mishkan/Kemah Suci/Tabernakel yang terdiri dari Tempat Kudus dan Tempat Mahakudus.

Setelah Yesus mati di kayu Salib, tidak lagi ada batasan antara Tempat Kudus dan tempat Mahakudus sebab tabir Bait Suci terbelah dua (Mrk. 15:38) sehingga umat kudus dapat masuk kepada kesempurnaan.

Firman Tuhan mampu membuat Saulus/Paulus bertobat menjadi manusia baru dan dia dipakai untuk memenangkan jemaat Efesus. Firman Tuhan yang sama juga mampu meng-ubahkan dan menjadikan kita baru. Jujur, kita masih banyak kelemahan; itu sebabnya kita diminta memakai seluruh perlengkapan senjata Allah (Ef. 6:13-17) agar tidak mudah dipe-ngaruhi oleh gemerlapnya dunia dan canggihnya dunia teknologi yang cenderung merusak jika tidak disikapi dengan bijak.

Rasul Paulus memuji dan memuliakan Allah Tritunggal tertulis dalam Efesus 1:3, 6, 12, 14, “Terpujilah Allah… Terpujilah Allah yang Agung, karena melalui Anak-Nya yang tercinta Ia sangat mengasihi kita… Biarlah kita yang pertama-tama berharap kepada Kristus memuji Allah karena keagungan-Nya… Roh itulah jaminan bahwa kita akan menerima apa yang telah dijanjikan Allah kepada umat-Nya ini memberi keyakinan kepada kita bahwa Allah akan membebaskan umat-Nya, terpujilah Keagungan-Nya (Alkitab terjemahan Bahasa Indonesia Masa Kini).”

Rasul Paulus memuji Allah Bapa yang telah memilih kita dari kekekalan supaya kita dikuduskan tanpa cacat cela karena Allah itu kudus (1 Ptr. 1:15-16). Jika (hati) kita menolak penyucian, apa yang keluar dari hati (sebagai sumber) hanyalah semua yang jahat dan najis (Mat. 15:18-19).

Hendaknya kita suka memuji Tuhan agar Ia menyucikan hidup kita dan di dalam darah Yesus Kristus kita disatukan. Roh Kudus menjadi jaminan beroleh kegenapan penebusan untuk menjadikan kita milik Allah (Ef. 1:14). Roh Kudus diberikan oleh Yesus, Sang Putra, sebelum Ia kembali kepada Bapa-Nya untuk menghibur dan menyertai kita sampai pada akhirnya. Untuk itu jangan kita mempermainkan Roh Kudus yang memimpin kita menyalibkan daging dengan segala nafsu dan keinginannya juga mengingatkan kita untuk tidak gila hormat, tidak saling menantang maupun saling mendengki (Gal. 5:24-26).

Pertanyaan: bagaimana Roh Kudus berbicara jika kita masih dipenuhi perasaan dengki dan cemburu? Roh Kudus masih ada tetapi hati kita kosong dari Firman Tuhan; sebaliknya, hati diisi oleh perkara-perkara duniawi. Hendaknya Firman Tuhan terukir di dalam loh hati untuk kita simpan dan pelihara sehingga pengharapan kita akan keselamatan, penyucian dosa sampai pada kesempurnaan menjadi kenyataan.

Sungguh, kita patut selalu memuji dan mengucap syukur kepada Allah yang telah mengubah kehidupan kita dan menjadikan kita anak-anak-Nya bahkan meningkat menjadi Mempelai Perempuan untuk bersanding dengan Tuhan Yesus, Mempelai Pria Surga, selamanya. Amin.