• MENANGGAPI LAWATAN ALLAH
  • Lukas 19:29-48
  • Lemah Putro
  • 2022-02-20
  • Bapak Hari Gunawan Lianto
  • https://www.gkga-sby.org/mobile/index.php/ibadah-umum/1072-menanggapi-lawatan-allah
  • Video Ibadah: KLIK DISINI

Shalom,

Biarlah Firman Tuhan mengisi bejana hati kita agar kita mampu bertahan dan tetap bersemangat serta sukacita menghadapi kondisi apa pun terutama di masa pandemi ini sebab Tuhan sedang melawat kita.

Bagaimana kita merespons/menanggapi lawatan Allah yang disebut satu kali (Luk. 19:44b) dan tidak ada seorang pun tahu kapan lawatan-Nya terjadi? Lukas 19:29-48 terdiri dari dua perikop besar yaitu: Yesus dielu-elukan di Yerusalem dan Yesus menyucikan Bait Allah. Mengapa fokus pada Yerusalem dan Bait Allah? Sebab Yerusalem didiami oleh umat pilihan Allah dan tempat pusat Bait Allah di mana semua orang percaya dari segala penjuru datang berkumpul untuk merayakan hari-hari raya besar yang sudah ditetapkan (Im. 23). Sedangkan Bait Allah menunjuk pada kehidupan kita sebagai orang percaya (1 Kor. 3:17).

Sering kita berpikir kalau Allah melawat kita berarti Ia aktif hadir mengunjungi kita untuk memberikan pertolongan, penghiburan, mukjizat kesembuhan, berkat jasmani, solusi dari masalah kita dst. Dan dari sisi manusia kita, seharusnya kita juga bereaksi aktif (bukan pasif) dalam menyambut dan merespons lawatan Allah apa pun bentuknya – nasihat, peringatan bahkan teguran – karena semua itu merupakan bentuk kasih-Nya kepada kita. Contoh: ketika Bapak Presiden datang ke kota kita untuk meresmikan suatu bangunan atau tempat, masyarakat setempat pasti menyambut orang penting ini dengan antusias. Terlebih lagi jika Allah melawat kita, bagaimana kita merespons kehadiran-Nya?

Apa sebenarnya tujuan lawatan Allah yang perlu kita ketahui untuk segera direspons?

1.    Lawatan Allah memberikan kita kesempatan untuk melayani Dia (ay. 29-40).
Dikisahkan ketika Yesus dekat Yerusalem Ia menyuruh dua murid-Nya ke kampung dan melepaskan keledai muda yang tertambat untuk dibawa kepada-Nya. Apa respons mereka terhadap perintah Yesus?

•    Mereka taat pada perintah Yesus (ay. 29-34).
Mereka segera melakukannya tanpa banyak argumentasi untuk menolak (ay. 32) walau harus menghadapi risiko apa pun (ay. 33). Risiko apa yang dihadapi mereka?
Keledai itu pasti ada pemiliknya, kalau ketahuan dilepas begitu saja tanpa minta izin si pemilik akan marah dan dapat menimbulkan salah paham.
Introspeksi: sungguhkah lawatan Tuhan membuat kita terdorong untuk makin rindu melayani-Nya? Apakah kita taat akan perintah Firman-Nya dan segera mempraktikkannya? Masihkah kita bersemangat melayani ketika diperhadapkan pada tantangan, hambatan dan rintangan yang berusaha mengacaukan pelayanan kita? Jujur, kita sering tenggelam dalam euforia/perasaan gembira ketika pelayanan kita berhasil tetapi mudah mandeg bila tersinggung atau tidak dihargai.

•    Mereka rela berkurban dalam melayani Yesus (ay. 35-36).
Mereka melepaskan keledai itu dan membawanya ke Yesus lalu mengalasinya dengan pakaian mereka serta menolong Yesus naik ke atasnya. Mereka telah berkurban waktu, tenaga dan milik mereka (pakaian).
Aplikasi: di dalam pelayanan selalu ada pengurbanan, rela dan siapkah kita berkurban waktu, tenaga, pikiran, perasaan dan uang? Yang perlu diingat, jangan kita merasa hebat bila pelayanan kita berhasil dan merasa kesuksesan itu hasil karya kita.

•    Dalam pelayanan, yang ditinggikan hanyalah Pribadi Yesus.
Memang dua murid itu melepaskan pakaian mereka untuk mengalasi punggung keledai dan menolong Yesus naik ke atasnya tetapi apa pun yang mereka perbuat, Yesuslah yang layak ditinggikan.
Jujur, bukankah kita sering merasa berjasa karena aktif dalam pelbagai pelayanan juga banyak berdonasi untuk pekerjaan Tuhan? Mind set kita harus diubah, hanya Yesus yang layak dijunjung/ditinggikan bukan diri sendiri.

•    Mereka menaikkan pujian dan syukur hanya kepada Yesus (ay. 37-38) dengan hati gembira karena mengalami mukjizat tanpa dapat dihalangi oleh apa pun (ditegur oleh orang-orang Farisi).
Apa isi dari pujian dan syukur yang dinaikkan? Berisikan berkat untuk memberkati orang lain dan damai sejahtera bagi diri sendiri juga bagi orang lain (ay. 38).

2.    Lawatan Allah bertujuan mengingatkan kita (ay. 41-44)
Yesus menubuatkan bahwa Yerusalem akan hancur. Mengapa Yerusalem harus hancur? Karena mereka membunuh nabi-nabi dan melempari batu orang-orang yang diutus kepada mereka (Luk. 13:34). Perlu diketahui pada tahun 500 SM bangsa Israel dibuang ke Babel dan Yerusalem dihancurkan kemudian dibangun kembali dan Bait Allah menjadi bangunan yang mewah nan megah. Dan seperti telah dinubuatkan Yesus, catatan sejarah bangsa Yahudi menuliskan bahwa Yerusalem dikepung dan diserang tentara Romawi di bawah pimpinan Jendral Titus dan puncaknya ialah Bait Allah diluluhlantakkan. Peristiwa penghancuran Yerusalem dan Bait Allah terjadi pada tahun 70 M. Usai penghancuran, penduduk Yerusalem bertahan hidup dengan sangat memilukan dan mengerikan bahkan para jendral dan tentara yang ikut menghancurkan Yerusalem menangis melihat penderitaan bangsa Israel waktu itu.

Sesungguhnya sebelum sesuatu terjadi Tuhan telah mengingatkan terlebih dahulu sebab semua yang terjadi di dalam hidup ini ada di dalam kendali-Nya.

Fakta sejarah ini penting sebab keyakinan teologis harus dikonfirmasi dengan kenyataan sejarah. Bait Allah di Yerusalem yang merupakan simbol kebanggaan bangsa Yahudi waktu itu diruntuhkan dua kali sehingga mereka tidak dapat beribadah sebagai pengingat agar manusia tidak sombong pada hasil ciptaannya kemudian mengabaikan Allah, Sang Pencipta manusia.

Introspeksi: temukan letak kesombongan kita dan mintalah ampun bila kita lebih mengandalkan kekayaan, kedudukan dan keberhasilan kita daripada Tuhan! Belajarlah rendah hati dan menyadari bahwa semua yang ada dan kita miliki berasal dari-Nya!

3.    Lawatan Allah bertujuan menegur dan menyucikan kita (ay. 45-48).
Yesus benar-benar marah dan mengusir semua pedagang di Bait Allah (rumah doa) karena mereka menjadikannya sarang penyamun (ay. 46). Saat itu bangsa Yahudi akan merayakan Paskah dan mereka yang tersebar di luar Yerusalem datang berkumpul di Yerusalem membawa kurban persembahan (hewan atau uang). Tentu mereka yang datang dari tempat jauh tidak mungkin membawa binatang kurban juga mata uang yang berbeda-beda dari tempat asal masing-masing sehingga lebih praktis membeli hewan kurban atau menukar mata uang di tempat ibadah. Untuk itu disiapkan money changer dan binatang-binatang kurban di area Bait Allah.

Apa penyebab kemarahan Yesus terhadap pedagang-pedagang tersebut? Karena mereka mengambil keuntungan tidak wajar yang merugikan dan membuat tidak nyaman bagi mereka yang mau beribadah dan mempersembahkan kepada Tuhan.

Hari-hari ini Iblis sedang berusaha mencari cara agar anak-anak Tuhan merasa tidak nyaman saat beribadah sehingga mereka mudah kecewa dan marah terhadap saudara seiman, rekan sepelayanan bahkan terhadap Hamba Tuhan kemudian mengkritik dan mencari-cari kelemahan/kekurangan padahal Firman Tuhan menegaskan bahwa ibadah yang disertai rasa cukup akan memberikan keuntungan besar (1 Tim. 6:6) minimal damai sejahtera.

Sambil mengusir semua pedagang di Bait Allah, Yesus mengutip ayat yang terdapat di Yesaya 56:6-7 tentang ungkapan “Rumah-Ku adalah rumah doa tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun”. Mengapa Ia marah? Karena Tuhan membawa orang-orang asing (non- Israel) ke Bait Allah (gunung-Nya) untuk percaya kepada-Nya dan beribadah di sana. Jika Bait Allah dijadikan tempat jual beli mencari keuntungan berlebihan ini menjadi aib alias kesaksian kurang baik dan Nama Tuhan dipermalukan di hadapan bangsa-bangsa lain.

Selain Yesaya 56:6-7, Yesus juga mengutip ayat di Yeremia 7:9-11 yang mana orang Israel telah berbuat kejahatan seperti mencuri, membunuh, berzina, bersumpah palsu, membakar kurban kepada Baal, mengikuti allah lain yang tidak dikenal kemudian datang ke Bait Allah untuk beribadah tanpa rasa berdosa. Bukankah perbuatan mereka sangat menyakiti hati Tuhan? Seharusnya mereka menyesal dan memohon ampun kepada-Nya atas semua perbuatan buruk yang telah dilakukannya!

Aplikasi: hendaknya ibadah tidak dijadikan ajang bisnis untuk meraih keuntungan sebanyak- banyaknya juga datanglah ke rumah Allah dengan hati hancur menyesali semua perbuatan dosa dan mohon ampun kepada Tuhan serta tidak lagi melakukan dosa terus menerus. Jangan beribadah dan menutupi dosa seakan-akan tidak terjadi apa-apa!

Kita telah menyaksikan dan mengalami lawatan Allah dalam kehidupan kita. Marilah kita menyambut lawatan-Nya dengan siap sedia melayani Dia, rela berkurban waktu, tenaga, pikiran, perasaan dan uang, bersedia diingatkan atas kesalahan dan pelanggaran kita sebab semua itu bertujuan untuk menyucikan kita hingga kita ditemukan berkenan di hadapan-Nya dan me- nyenangkan hati-Nya. Amin.