• MERESPONS UNDANGAN PERJAMUAN KERAJAAN ALLAH (JOHOR)
  • Lukas 14:1-24
  • Johor
  • 2021-11-14
  • Pdm. Sukarjo Sutioso
  • https://www.gkga-sby.org/mobile/index.php/ibadah-umum/1005-merespons-undangan-perjamuan-kerajaan-allah-2

Shalom,
Sungguh merupakan kebahagiaan melihat bangku-bangku terisi kembali dalam ibadah on site ini walau duduknya berjarak karena mengikuti prokes yang berlaku. Marilah kita tetap bersemangat menghadiri undangan untuk datang beribadah walau harus menghadapi kesulitan- kesulitan yang ada. Bagi jemaat yang tidak memenuhi kriteria untuk beribadah di gereja, percayalah Tuhan tetap hadir di mana pun Anda berada.

Bila kita dapat merespons undangan untuk beribadah baik on line maupun on site, ini merupakan salah satu rencana Allah untuk suatu saat nanti kita akan diundang dalam perjamuan Kerajaan-Nya. Kita harus mempunyai keyakinan dan kerinduan akan menikmati pesta kawin Anak Domba (Why. 10:9).

Pertanyaan: apakah kita siap dan bersedia hadir jika diundang Tuhan untuk mengalami kebahagiaan?
Bagaimana dengan kisah undangan perjamuan yang tertulis dalam Lukas 14:1-24? Dan bagaimana harus meresponsnya?

•    Hadir sebagai orang yang mendapatkan mukjizat (ay. 1-6)
Saat itu Yesus diundang oleh salah seorang pemimpin orang-orang Farisi untuk makan di rumahnya dan semua yang hadir mengamat-amati Dia dengan saksama (ay. 1-2). Ironis, mereka mengamati Yesus dengan tujuan mencari-cari kesalahan-Nya.

Di kesempatan lain, ketika Yesus menyembuhkan orang yang mati tangan kanannya juga pada hari Sabat, ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi marah kepada-Nya dan berunding akan melakukan sesuatu terhadap-Nya (Luk. 6:6-9).

Siapa ahli-ahli Taurat ini? Mereka mempelajari hukum Taurat dan tekun membacanya tetapi meragukan Yesus sebagai Mesias. Mereka menghakimi Yesus telah melanggar hari Sabat karena menurut hukum Taurat tidak seorang pun boleh bekerja di hari Sabat padahal Yesus, Anak manusia, adalah Tuhan atas hari Sabat (ay. 5).
 
Di awal penciptaan, Allah menciptakan langit dan bumi juga manusia selama enam hari. Allah mengatakan semua yang diciptakan-Nya sangatlah baik dan pada hari ketujuh Ia memberkati serta menguduskan semua ciptaan-Nya lalu berhenti bekerja (Kej. 1:31; 2:2- 3). Ia menciptakan hari Sabat agar manusia bersukacita dan bersyukur akan berkat ciptaan-Nya.

Aplikasi: hendaknya siswa STTIA yang mempelajari Firman Tuhan makin yakin bahwa Yesus adalah Allah Pencipta langit dan bumi juga Raja di atas segala raja. Jangan makin mempelajari Alkitab, makin menonjolkan filsafat manusia padahal Alkitab adalah hikmat Allah yang melampaui semua filsafat manusia dengan hikmat/pengetahuannya yang terbatas.

Kenyataannya karena dosa, banyak orang meragukan kebenaran Firman Tuhan juga hari Sabat mulai diselewengkan. Hari Sabat tidak lagi dipergunakan untuk beribadah tetapi dipakai sebagai hari istirahat untuk berlibur atau malah bekerja lembur karena enam hari dianggap tidak cukup untuk bekerja mencari uang.

Siapa yang disembuhkan oleh Yesus di hari Sabat itu? Orang sakit busung air – pembengkakan di bagian perut oleh sebab penyakit kanker atau gagal ginjal. Orang ini tiba-tiba datang berdiri di hadapan Yesus. Pasti ia beriman besar dan yakin Yesus mampu menyembuhkan penyakitnya. Beda dengan orang Farisi yang mengundang Yesus bukan untuk percaya tetapi menghakimi.

Aplikasi: hendaknya kita berani datang kepada Tuhan membawa “penyakit” masa lalu untuk disembuhkan oleh-Nya karena Ia tahu semua masalah kita. Posisikan diri sebagai “orang sakit” yang mau menerima mukjizat bukan seperti orang Farisi yang menghakimi. Jangan Firman Tuhan yang didengar malah dipakai untuk menghakimi istri, anak dan orang lain. Sebaliknya, kita membutuhkan Firman Tuhan untuk menolong kita lebih dahulu diubahkan kemudian melalui kesaksian hidup kita, orang tertarik untuk datang kepada Yesus.

•    Hadir sebagai orang yang rendah hati (ay. 7-11)
Ketika melihat tamu-tamu yang datang berusaha menduduki tempat yang terhormat, Yesus memberi nasihat agar bersikap rendah hati. Mereka berebut tempat kehormatan untuk gengsi dan dilihat orang siapa mereka.

Introspeksi: apa motivasi kita duduk di tempat terhormat dan di depan ketika mendapat undangan pesta rohani KKR, seminar dll.? Apakah untuk pamer kekayaan, menjadi donatur paling banyak dsb.? Seberapa dekat kita mengenal tuan rumahnya? Hendaknya kita mencontoh teladan Yesus, Tuan di atas segala tuan dan Raja di atas segala raja yang begitu rendah hati bahkan mengosongkan diri untuk rela mati di kayu salib demi keselamatan manusia berdosa (Flp. 2:1-9). Buanglah semua kesombongan dan belajarlah rendah hati seperti Yesus sebab Ia menentang orang congkak tetapi mengasihi orang yang rendah hati untuk ditinggikan pada waktunya (1 Ptr. 5:5b,6) serta memahkotai dengan keselamatan (Mzm. 149:4)! Umumnya orang yang memiliki sesuatu (kepandaian, kekayaan, kemampuan, kedudukan) cenderung untuk tinggi hati; untuk itu sadarlah dan akui bahwa semua yang dimiliki merupakan anugerah Tuhan semata! Satu kali kelak di Yerusalem baru, kita hanya membawa keselamatan yang diperoleh dari kurban Kristus bukan harta benda yang kita miliki. Biarlah berkat jasmani yang kita miliki saat ini kita gunakan untuk kemuliaan Tuhan.

Tahukah perempuan Siro-Fenisia begitu direndahkan oleh Yesus dan diposisikan seperti anjing ketika dia memohon supaya anak perempuannya yang kerasukan setan ditolong? Apa responsnya? Perempuan Kanaan ini (bangsa kafir) tidak marah walau dianggap seperti anjing untuk mendapatkan remah-remah yang dijatuhkan dari meja. Oleh karena imannya, anak perempuannya sembuh (Mrk. 7:25-30).
 
Aplikasi: marilah kita mendengar Firman Tuhan, roti kehidupan (Yoh. 6:35), dengan rendah hati untuk bekal kehidupan karena kita tidak tahu kapan Tuhan memanggil kita. Hendaknya hati dipenuhi Firman Tuhan dan iman kita bertumbuh untuk bebas dari ancaman roh setan.

•    Hadir sebagai orang yang menghargai undangan (ay. 12-14)
Yesus mengajar kita kalau berbuat sesuatu, janganlah ada pamrih minta balasan. Jujur, ketika kita mengundang orang penting, timbullah rasa bangga dan gengsi dalam hati. Misal: seusai mengundang walikota, kita update status foto bersama walikota karena bangga punya kenalan orang penting.

Yesus juga mengajar kita untuk menghargai orang-orang yang miskin, yang cacat, yang lumpuh, yang buta dan mengundang mereka karena orang-orang ini tidak mempunyai kemampuan untuk membalasnya. Bukankah kita adalah orang lumpuh, buta, miskin dan cacat karena dosa namun beroleh kemurahan kesembuhan dari Tuhan? Bila kita mengerti posisi kita, kita akan menghargai undangan Tuhan dan tidak mudah merendahkan orang lain seperti dilakukan oleh orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat yang merendahkan pemungut cukai sebagai orang berdosa (Luk. 5:30-32).

Yesus berani mengambil risiko untuk datang kepada orang-orang berdosa termasuk kita dengan tujuan kita bertobat dan diselamatkan oleh-Nya. Kalau kita mengalami jamahan keselamatan dari-Nya, kita akan menghargai undangan-Nya dan tidak cepat melecehkan orang lain dan menganggapnya berdosa.

•    Mengenal siapa kita ini (ay. 15-24)
Dikisahkan adanya perjamuan besar dan undangan untuk banyak orang. Menjelang perjamuan dimulai, orang yang mengadakan pesta menyuruh hambanya mengingatkan tamu- tamu undangan untuk datang. Namun apa respons mereka? Semua tamu undangan menolak dengan alasan yang dibuat-buat seperti: melihat ladang yang sudah dibeli. Logikanya, sebelum membeli ladang, pembeli melihat kondisinya lebih dahulu. Demikian pula dengan lembu, dicoba lebih dahulu baru dibeli bukan setelah dibeli baru dicoba.
Introspeksi: apa yang menjadi skala prioritas kita? Apakah kita menghargai undangan Tuhan atau lebih mementingkan ladang (harta), lembu (pekerjaan), baru menikah (keluarga)? Saat ini kita sedang menantikan undangan pesta kawin Anak Domba (Why. 19:79) dan tidak ada seorang pun tahu, Anak pun tidak kecuali Bapa sendiri (Mat. 24:36). Jangan salah mengambil prioritas!

Bicara mengenai prioritas, ahli Taurat pernah mencobai Yesus dengan pertanyaan apa yang harus diperbuat untuk beroleh hidup kekal. Yesus bertanya apa yang tertulis dalam hukum Taurat dan dijawabnya, “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” (Luk. 10:25-28)

Jelas mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama merupakan prioritas yang terutama bukan yang pertama sebab nanti ada yang kedua. Jadi dalam mencari nafkah dan peduli terhadap keluarga, kita tetap melibatkan dan mengutamakan Tuhan. Contoh: kita tidak dapat beribadah dengan alasan menjaga rumah karena takut kemalingan atau harus menjaga anak. Ini alasan yang tidak tepat.

Jangan meremehkan ibadah sebab kedatangan Tuhan akan tiba seperti pencuri. Dalam masa penantian ini kita harus berusaha hidup saleh dan suci (2 Ptr. 3:9-14). Jujur, selama masa pandemi ini kita mengalami kesulitan beribadah. Namun dengan kecanggihan teknologi kita dapat beribadah secara on line. Memang gembala-penatua tidak dapat memonitor langsung apakah jemaat serius beribadah di rumah masing-masing. Ini saatnya ibadah menjadi urusan pribadi tidak lagi bisa ikut-ikutan.

Karena undangan perjamuan ditolak akhirnya yang datang adalah orang-orang yang di jalan-jalan dan lintasan (Luk. 14:23). Sesungguhnya kita adalah orang-orang yang tidak layak tetapi mendapat kemurahan mendengarkan Firman Tuhan bahkan dijanjikan suatu saat akan bersama Dia oleh karena kurban Kristus. Untuk itu kita harus menjaga kekudusan perbuatan-perbuatan kita.

Marilah kita merespons undangan Tuhan untuk masuk dalam Kerajaan-Nya. Hargai undangan- Nya dan datanglah dengan sikap rendah hati, bersedia menerima mukjizat kesembuhan rohani dan kenali diri sebagai orang yang tidak layak diundang tetapi beroleh kemurahan untuk menikmati undangan-Nya bahkan kelak tinggal bersama Dia selamanya di dalam kerajaan-Nya. Amin.