“Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah! Aku ditinggikan di antara bangsa-bangsa, ditinggikan di bumi!” TUHAN semesta alam menyertai kita, kota benteng kita ialah Allah Yakub. S e l a (Mzm. 46:11,12)
Mazmur 46 ternyata merupakan Mazmur favorit bagi para musisi dan tokoh kekristenan sejak zaman dahulu. Charles Spurgeon (Hamba Tuhan yang besar di abad 19) menyebut Mazmur 46 sebagai “lagu keyakinan suci yang juga dikenal sebagai Mazmur Luther” (Luther adalah seorang reformist, pendiri gereja Protestan)” karena menulis hymne populer: “Ein feste Burg ist Unser Gott” (Benteng Perkasa adalah Tuhan Kita) menggunakan Mazmur 46 sebagai titik awal. Karya ini kemudian digubah, diimprovisasi dan dinyanyikan dalam bentuk kantata dan Paduan Suara oleh musisi-musisi terkenal setelah zaman Luther.
Alkitab Bahasa Inggris versi King James menyebut Mazmur 46 secara lebih mendetail: “Tuhan adalah perlindungan dan kekuatan kita, pertolongan yang sangat besar hadir dalam kesulitan” dan Alkitab Latin menyebutnya sebagai “Deus noster refugium et Virtus” (Tuhan adalah perlindungan dan kekuatan kita).
Mazmur ini dinyanyikan dengan “Alamot”, suara sopran yang tinggi melengking (Life Application Study Bible), mungkin untuk menekankan pemujaan kepada Tuhan dan suatu keyakinan yang memuncak saat menyanyikan: “TUHAN semesta alam menyertai kita, kota benteng kita ialah Allah Yakub.”
Kata “Sela” dalam Mazmur adalah tanda musik ibadah untuk “berhenti (diam sejenak) dan mendengarkan”. “Sela” depakai juga untuk mengindikasikan jeda antara bagian-bagian dari pujian tersebut. Amplified Bible menyatakan Sela sebagai “pause and think of that” (istirahat dan renungkan) untuk menggarisbawahi hal-hal yang penting sebelumnya dan persiapan untuk memasuki alinea baru.
“Sela” pertama, mengakhiri ayat 1-3, merupakan pujaan terhadap Pribadi Allah sebagai tempat perlindungan, penolong dan kekuatan yang membuat kita tidak takut menghadapi bumi yang berubah, gunung-gunung yang goncang dan laut yang menggelora. “Sela” kedua, mengakhiri ayat 4 – 7, merupakan kekaguman tentang kota tempat kediaman Allah, kota benteng kita, yang tidak tergoncangkan sementara bumi dan kerajaan-kerajaan lain tergoncang dan hancur. “Sela” yang ketiga mengakhiri ayat 9 - 12, merupakan pujian terhadap pekerjaan-Nya yang dahsyat untuk mengakhiri peperangan dan menjadikan semua baik pada akhirnya.
Kutidak takut, s’bab Kau besertaku,
kutidak bimbang s’bab Engkau Allahku
Engkau meneguhkanku dan yang menopangku,
Kau Batu Karangku, YESUS TUHAN….!