“Tuhan, aku cinta pada rumah kediaman-Mu dan pada tempat kemuliaan-Mu bersemayam” (Mzm. 26:8)
Itulah pernyataan Raja Daud tentang cintanya pada rumah kediaman Tuhan. ”Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku”, tulisnya di Mazmur 69:10 yang menggambarkan betapa Yesus yang lahir ribuan tahun kemudian juga sangat mencintai Rumah Tuhan (Yoh. 2:17).
Sebagai bayi biasa, Yesus menuruti semua hukum Tuhan yang harus dilakukan. Sebagai anak laki-laki sulung, Ia disunat pada hari kedelapan dan diserahkan ke rumah Tuhan di Yerusalem di usia 40 hari. Simeon menyambut-Nya dan memuji Allah sebab dia melihat keselamatan telah disediakan di hadapan segala bangsa. Ia bertumbuh menjadi besar, kuat penuh hukmat dan kasih karunia Allah. Ia dididik dan diasuh oleh orang tua-Nya di bumi ini.
Sebagai anak remaja berusia 12 tahun, Ia berada di bait Allah di Yerusalem tengah berbincang-bincang dengan alim ulama, mendengarkan mereka dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada mereka. Ketika ibu-Nya kehilangan dan menegur-Nya, Ia berkata, “……. Tidakkah kamu tahu bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?” Kecintaan-Nya pada Bait Allah dan Hukum Taurat membuat-Nya makin berhikmat dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia.
Sebagai orang dewasa berusia 30 tahun, Ia menunjukkan kasih-Nya yang makin melimpah pada Rumah Tuhan dan tidak merelakan tempat itu menjadi tempat perdagangan dengan mencari keuntungan diri sendiri. Uang-uang penukar dihamburkannya ke tanah dan meja-meja dagang mereka dibalikkan. Ia menyucikan Bait Allah, tempat kediaman Bapa-Nya, dari cinta akan uang dan kepentingan diri sendiri. Ia mengajar kita bahwa Bait Allah seharusnya menjadi tempat kudus untuk berdoa dan mempelajari Firman Tuhan.
Yesus menunjukkan bahwa yang penting adalah Bait Allah rohani bukan yang jasmani dengan menggambarkan penyaliban-Nya sebagai Bait Allah fisik yang dapat dihancurkan namun kebangkitan-Nya sebagai “Bait Allah” kekal tidak terhancurkan. Ia adalah “Bait Allah” dan kita pun “bait Allah” yang seharusnya dijaga dan disucikan. Sungguhkah kita mencintai “Bait Allah kekal” itulah Yesus dan menjadi “bait-bait Allah” yang dikuduskan bagi- Nya?
“Ujilah aku, ya Tuhan dan cobalah aku, selidikilah batinku dan hatiku……” (Red).