PERGUMULAN DI TAMAN GETSEMANI
Pergumulan Yesus penuh sengsara di Getsemani mengajar kita tentang apa yang harus kita lakukan menghadapi bencana yang mungkin akan menimpa kita.
Setelah Perjamuan Malam itu, Yesus bersama dengan murid-murid-Nya pergi ke Taman Getsemani untuk berdoa.
Yesus telah mengetahui apa yang akan menimpa-Nya di hari-hari berikutnya. Dalam per- gumulan dan ketakutan-Nya, Yesus menyerah sepenuh kepada kehendak Bapa-Nya. Ia kemudian mengajak tiga murid-Nya – Petrus, Yakobus dan Yohanes – untuk berdoa bersama- Nya tetapi mereka tidak mengerti apa yang akan menimpa Guru mereka dan tidak mampu melakukannya. Mereka tertidur pulas sementara Yesus berjaga dan berdoa sendirian.
“Berjagalah dan berdoalah, supaya kamu tidak jatuh dalam pencobaan!” Yesus mengingatkan karena mereka tidak mampu berdoa satu jam bersama-Nya.
Kesunyian malam itu tiba-tiba berubah menjadi kegaduhan. Serombongan orang mendatangi Taman Getsemani dengan membawa lentera, suluh dan senjata. Mereka datang untuk menangkap Yesus! Di depan sendiri tampak Yudas Iskariot. Ia berlari menuju Yesus dan menciumnya. “Guru”, katanya sambil tersenyum. Sementara itu orang banyak datang dan menangkap Dia.
Keadaan menjadi kacau. Petrus sangat marah lalu menghunus pedangnya dan menetakkan telinga kanan Malkhus (hamba Imam Besar) hingga putus. Di tengah-tengah kekacauan itu
berdirilah Yesus dengan ketenangan luar biasa. Yudas, bukan saja tidak berdoa bersama Yesus, dialah pemicu bencana yang menimpa Yesus! Ia pun tidak sadar bahwa perbuatannya akan menyebabkan kematian Gurunya. Ketika dia menyadarinya dan menyesal, sudah terlambat!
Sebenarnya Yesus bisa saja memerintahkan barisan tentara Surgawi untuk datang dan membinasakan orang-orang yang ingin menangkap dan mencelakai-Nya tetapi Ia tidak melakukannya bahkan dengan penguasaan diri luar biasa Ia menjamah telinga Malkhus dan menyembuhkannya. Dalam keadaan yang begitu menegangkan Ia masih melakukan pekerjaan-Nya – menyembuhkan yang terluka dan melakukan mukjizat.
Ia tidak memberontak ketika orang menangkap dan mengikat-Nya. Seperti telah dikatakan kepada Bapa-Nya dengan peluh bertetesan ke tanah seperti titik-titik darah, “….tetapi bukanlah kehendak-Ku melainkan kehendak-Mulah yang terjadi.” Yesus, Anak Allah, telah menyerahkan sepenuh hak-Nya untuk menjalani rencana Bapa-Nya sebagai “Domba Kurban Penebus Dosa” yang akan disiksa, dibunuh dan dihancurkan untuk menebus dosa seisi dunia. Penyerahan sepenuh-Nya kepada Bapa membuat Dia kuat menjalankan misi hingga akhir hidup-Nya. Ia bukan saja menyerahkan semua hak-Nya tetapi juga diri-Nya sendiri sebagai tebusan dosa seluruh manusia di dunia untuk menyelamatkan mereka!
Yesus yang bergumul dalam doa dan berjaga-jaga mampu melewati semua hingga beroleh kemenangan sedangkan para murid-Nya melarikan diri, emosi bahkan menyangkal Dia.
Kita mungkin tidak tahu bencana apa yang akan menimpa kita. Bencana tersebut dapat saja berupa ujian untuk menaikkan tingkat kerohanian kita atau pencobaan yang mau menja- tuhkan kerohanian kita. Itu sebabnya Yesus mengajarkan agar kita senantiasa berdoa dan berjaga.
“Ya Yesus, kuatkan kami dalam pergumulan kami, …. Jangan kiranya membawa kami dalam pencobaan tetapi lepaskan kami daripada yang jahat!”
(VS)
(bersambung)