Di Kayu Salib Aku Melihat Segala Kejahatanku (2)
(Vida S.)
Aku melihat penjahat yang disalib di sisi-Nya. Ia tampak sangat ketakutan dan menderita karena hukumannya. Sering kali ia menatap Yesus. Dari raut mukanya tampak ia begitu sedih dan menyesal dengan apa yang telah dilakukannya. Namun sepertinya segala sesuatu telah ter-lambat. Perbuatan jahatnya membuat dia layak untuk disalibkan dan dia tahu akan hal itu.
“Andaikan aku mendapatkan pengampunan… tentu aku berjanji akan hidup lebih baik…ah, andaikata aku mendapatkan pengampunan,” rintihnya. Mungkin itu yang terus-menerus terbayang dalam pikirannya. Terbukti ketika dia mendengar teman sesama penjahat yang juga disalib bersamanya menghujat Yesus, “Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkan diri-Mu dan kami!”, ia segera menegurnya, “Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah? sedang engkau menerima hukuman yang sama? Kita memang selayaknya dihukum sebab kita menerima hukuman yang setimpal dengan perbuatan kita tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah.”
Dari mulutnya ia mengakui bahwa dia memang berdosa dan patut dihukum. Namun ketika dia mendengar Yesus berseru,”Ya Bapa, ampunilah mereka sebab mereka tidak mengerti apa yang mereka perbuat”, ia tersentak. “Pengampunan?” Hatinya percaya Yesus adalah orang benar yang tidak berbuat dosa. Ia melihat kata-kata di atas salib Yesus “Inilah Yesus, Raja orang Yahudi”. Tulisan itu sebenarnya merupakan kata-kata olokan yang ditujukan kepada Yesus tetapi penjahat itu melihatnya sebagai suatu kebenaran bahwa Dia adalah seorang Anak Raja yang dapat memintakan ampun kepada Bapa-Nya bagi orang berdosa seperti dia. Hatinya begitu yakin Yesus mampu memberinya pengampunan. Ia merasakan adanya pengharapan dalam hidupnya! Ada suatu keyakinan bahwa Yesus dapat menolongnya walau kemungkinan itu sangat kecil dan waktunya sangat sedikit karena ia tahu ia segera akan mati.
Tanpa membuang-buang waktu ia berseru kepada Yesus, Yesus, ingatlah akan aku apabila Engkau datang sebagai Raja!” Tanpa menunggu lagi Yesus pun memberikan respons, “Sesungguhnya, hari ini juga kamu akan bersama Aku di dalam Firdaus.”
Sahabat, dapatkah kau bayangkan bagaimana perasaan penjahat itu ketika mendengar perkataan Yesus bahwa dia akan bersama-Nya di Firdaus? Tentu suatu kelegaan yang besar! Ketika akhirnya dia mati, wajahnya penuh damai dan sejahtera karena dia telah bersama dengan Yesus.
Pandangan itu begitu mencekam hatiku. Aku merasa tersungkur di depan salib itu. Penjahat itu telah menggunakan kesempatan yang sangat sedikit dan diselamatkan. Lalu bagaimana dengan aku sendiri? Aku melihat kesalahan-kesalahanku begitu banyak bagaikan film yang diputar. Banyak kesempatan yang diberikan kepadaku telah kusia-siakan dan kubuang tanpa meng-hasilkan apa-apa. Waktu-waktu yang seharusnya kupakai untuk berbakti dan melayani Dia sering terbuang percuma. Sering aku tidak fokus mendengarkan Firman Tuhan karena memi-kirkan hal-hal lain yang tidak ada manfaatnya atau bermalas-malasan dalam pelayanan. Kalau tidak, aku mengeluh karena beratnya tugas yang harus kulaksanakan, doa-doa pagi yang tidak sungguh-sungguh kulakukan…..Dapatkah aku mengatakan diriku patut masuk Firdaus bersama-Nya?
Aku begitu menyesal. Kematian memang pasti datang pada setiap manusia namun tidak semua manusia mengetahui kapan saat itu terjadi dalam hidupnya karena semua ada dalam otoritas Allah. Kematian tidak harus karena usia tua atau sakit-sakitan atau kecelakaan. Yang pasti kematian datang sesuai penentuan Tuhan.
Sekarang aku menyadari waktu dan kesempatan yang Tuhan masih berikan sangatlah ber-harga. Jika aku mempergunakannya dengan baik, aku akan memperoleh kebahagiaan kekal bersama-Nya. Jika tidak, aku akan kehilangan selamanya! Aku teringat lagu yang sering dinyanyikan:
Hidup ini adalah kesempatan, hidup ini untuk melayani Tuhan
Jangan sia-siakan apa yang Tuhan beri, hidup ini harus jadi berkat
Oh Tuhan, pakailah hidupku, selagi aku masih kuat,
Bila saatnya nanti ku tak berdaya lagi hidup ini sudah jadi berkat.
Hatiku begitu bergejolak dengan kasih-Nya yang melimpah. Kerelaan-Nya untuk mati tidak dimengerti oleh semua orang. Ia ingin memberikan hidup kekal tetapi tidak semua mau menerimanya. Dia selalu menantikan saat kita mau menerima-Nya betapapun jahat dan kotornya masa lalu kita. Selama kita masih hidup kesempatan itu masih diberikan kepada kita. Penjahat itu menyadari kesempatan yang dimiliki hanya dalam hitungan menit dan detik. Dia menggunakannya dan menerima keselamatan juga kasih-Nya!
Ya Tuhan, ampunilah aku yang sering kali menyia-nyiakan waktu dan kesempatan yang Kau berikan. Bukalah mataku untuk dapat melihat kebesaran-Mu, terangkan hatiku untuk mengerti betapa Engkau mengasihi-Ku. Kau tahu betapa aku ingin mengasihi-Mu meskipun aku penuh kekurangan dan ketidakmampuan. Satu hal yang kumohon…jangan sampai aku tertinggal….Ya, Yesus, ingatlah akan aku apabila Engkau datang sebagai Raja….”
(bersambung)